Menurut penyelidikan ahli purbakala, Dr. J. L. Brandes, Bangsa Indonesia memiliki 10 unsur budaya asli, yaitu :
Kepandaian bersawah
Awalnya sistem yang dikenal adalah sistem berladang kemudian berkembang ke sistem tegalan dan sistem bersawah. Pada masa purba, teknik pembukaan ladang dikenal dengan teknik SLASH and BURN ( Tebang dan Bakar).
Kemampuan dalam pelayaran
Bukti yang mendukung hal ini adalah adanya relief kapal pada Candi Borobudur, yang menunjukkan kegiatan berlayar dengan menggunakan perahu jenis cadik ( Bersayap).
Mengenal prinsip dasar pertunjukan wayang
Bermula dari kepercayaan Animisme. Dimainkan pada m alam hari oleh Dalang menggunakan Boneka sebagai penjelamaan roh nenek moyang. Biasanya berisi petuah, nasihat kepada penonton.
Kemampuan dalam seni gamelan
Digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang dan juga mengiringi pelaksanaan upacara. Alat yang dipakai misalnya Bonang, Kempul, Saron, Gendang, Gendher, dll
Kepandaian membatik
Berupa kepandaian menghias kain dengan menggunakan canthing. Motif biasanya menggambarkan alam sekitar.
Mengerjakan barang dari logam
Ada dua (2) teknik yang digunakan dalam membuat barang dari logam, yaitu :
1. Bivalve, memakai cetakan dari tanah liat yang dibakar,
2. A Cire Perdue, memakai cetakan dari lilin
Menggunakan aturan metrik
Menggunakan alat tukar uang logam
Mengenal sistem perbintangan (astronomi)
Biasanya digunakan dalam kegiatan pelayaran ( terutama malam hari) dan juga untuk kegiatan pertanaian ( penentuan saat cocok tanam dan panen)
Telah terbentuknya susunan masyarakat yang teratur.
Dintandai munculnya masyarakat suku-suku yang dipimpin oleh seorang Kepala Suku ( Primus Interpares)
Mengapa tidak semua budaya luar ditiru begitu saja ? Karena Masyarakat Nusantara telah memiliki “ local genius “, yaitu kemampuan suatu daerah/masyarakat untuk menyaring dan mengolah budaya asing yang masuk dan disesuaikan dengan cita rasa setempat.
- Bercocok tanam = Cara bercocok tanam yang pertama dilakukan, yaitu dengan sistem berladang. Lama kelamaan sistem ini berubah menjadi bersawah. Cara bercocok tanam dengan bersawah kemudian menjadi bagian dari hidup mereka. Berkenaan dengan hal itu, mereka berusaha mencari tempat tinggal dan tempat bercocok tanam yang terletak disepanjang aliran sungai. Akhirnya, mereka mampu mengatur tata air melalui irigasi sederhana. Mereka juga dapat menentukan jenis tanaman apa yang cocok ditanam pada suatu musim. Hal ini tidak mengherankan karena mereka telah mengenal ilmu perbintangan.
- Menurut Von Hiene Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan, di Cina Selatan. Semenjak dulu nenek moyang kita telah memiliki kemapuan dalam mengarungi lautan. Ketika memasuki kepulauan Nusantara mereka menggunakan perahu bercadik, yaitu jenis perahu yang di kanan kirinya menggunakan bambu dan kayu supaya perahu tetap seimbang. Pengetahuan arah angin dan astronomi diperoleh melalui pengalaman bertahun – tahun.
- Seni = Nenek moyang kita telah pandai membuat boneka – boneka untuk kesenian wayang. Alat – alat gamelan pun dibuat untuk memeriahkan seni pertunjukkan tersebut. Selain itu, mereka telah mampu membuat batik, kerajinan logam, dengan beragam bentuk, dan benda – benda dari batu yang besar ( tradisi megalitikum ).
- Kepercayaan = Nenek moyang kita telah mempercayai adanya kekuatan maha tinggi di luar darinya. Mereka percaya bahwa jika seseorang maningga, hanya jasmaninya saja yang hancur, tetapi rohnya tetap hidup. Roh – Roh itu bertempat tinggal di suatu daerah keramat. Nenek moyang kita lantas memuja roh – roh itu sehingga memunculkan kebiasaan membakar kemenyan, berkenduri, dan membuat sesaji. Animisme adalah kepercayaan kepada roh nenek moyang, Dinamisme kepercayaan kepada benda – benda yang memiliki kekuatan gaib, kesaktian atau tuah, sedangkan Totemisme kepercayaan terhadap hewan – hewan yang dianggap keramat dan membawa berkah.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi kritik atau saran dengan menulis komentar dibawah ini